Selasa, 29 Agustus 2017

SI (Syarikat Islam)


NU (Nahdlatul Ulama)



DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)


RA (Rabithah Alawiyah)



IKADI (Ikatan Da'i Indonesia)

LATAR BELAKANG 

Problematika dakwah dan keumatan yang semakin hari semakin kompleks membutuhkan respon serius dari semua pihak terutama mereka yang berdiri di garis depan dalam melakukan advokasi terhadap umat yakni para da’i. Problema dakwah yang disertai dengan perkembangannya yang pesat tentu saja membutuhkan sebuah wadah yang memberikan arahan pada umat melalui pembentukan wadah da’i yang professional, bermoral, misionir, dan visionir dalam merancang dan merekayasa langkah-langkah, rencana, dan aksi-aksi dakwah di masa depan. Wadah tersebut hendaknya bertujuan untuk memberdayakan dakwah dan da’i dalam usaha merekonstruksi dan mereformasi pandangan umat terhadap tugas-tugasnya sebagai pemikul panji moralitas yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Baik moralitas sosial-politik, budaya maupun peradaban. Dengan demikian diharapkan lahir Islam yang memberikan makna rahmatan lil ‘alamin dalam dunia nyata, memberikan pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran, dan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap nilai-nilai Islam yang universal.

Kompleksitas dakwah dalam menghadapi gelombang dan tantangan globalisasi memerlukan langkah-langkah yang progresif, proaktif, intensif, terencana, sistematis, dan seimbang. Semua langkah ini diharapkan melahirkan pandangan baru umat yang melihat Islam sebagai pemberi solusi bagi semua persoalan umat dan kemanusiaan. Rancang bangun wadah dakwah ini bertujuan untuk memberikan pencerahan secara masif pada kaum muslimin agar mereka tidak terjerat dalam penyesatan-penyesatan yang menggelincirkan mereka dari jalan yang benar.
Obsesi untuk memberikan kontribusi positif dan memberdayakan potensi umat inilah yang mendorong kami para aktivis dakwah mendirikan wadah para da’i yang kemudian kami namakan Ikatan Da’i Indonesia (IKADI).
NAMA, PENDIRIAN DAN ASAS
Organisasi ini bernama Ikatan Da’i Indonesia yang disingkat dengan IKADI. Didirikan di Jakarta pada hari Jum’at, tanggal 1 Jumadil Ula 1423 H bertepatan dengan tanggal 12 Juli 2002 M. Asas dari organisasi IKADI adalah Islam.
VISI IKADI
Menjadi Lembaga Profesi Da’i yang mampu mengoptimalkan potensi para da’i dalam menegakkan nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
MISI IKADI
Mewadahi aktivitas para da’i dalam mendayagunakan potensinya untuk kemaslahatan umat dan bangsa melalui aktifitas dakwah Islamiyah yang membawa rahmat.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) adalah organisasi kemasyarakatan yang bertujuan untuk mewadahi aktivitas para da’i dalam mendayagunakan potensinya untuk kemaslahatan umat dan bangsa melalui aktivitas dakwah Islamiyah yang membawa rahmat.
Organisasi ini tercatat pada Akta Notaris Ny. Trie Sulistiowarni Nomor Satu Tanggal 8 Januari 2003, dengan nama Ikatan Da’i Indonesia.
Visi IKADI
Menjadi lembaga profesi da’i yang mampu mengoptimalkan potensi para da’i dalam menegakkan nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Misi IKADI
Membangun pemahaman Islam berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah sesuai manhaj ulama salafush shaleh bagi segenap umat manusia.Membangun sikap hidup ber-Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Menyebarkan, mengamalkan dan membela nilai-nilai Islam.
Meningkatkan ukhuwah Islamiyah antara ummat.
Meningkatkan kemampuan dan peran da’i dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kegiatan IKADI
Mengembangkan potensi da’i muslim dalam mengemban amanat penyebaran dakwah kepada masyarakat dalam rangka terealisasinya Islam Rahmatan Lil-’Alamin.
Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga dakwah islam dan organisasi lainnya untuk pengembangan kegiatan sosial, budaya, intelektual dan ekonomi.
Mengembangkan kelembagaan pendidikan Islam, antara lain dengan meningkatkan SDM pendidikan dan para peserta didik.
Meningkatkan keterlibatan da’i muslim dalam kegiatan pendalaman keagamaan dan pembinaan umat.
Memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan sistem pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan terutama pesantren-pesantren dan lembaga pendidikan Islam.
Menyelenggarakan dan mengupayakan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa muslim.
Menyelenggarakan takaful da’i.
Menyelenggarakan riset, kajian ilmiah dan islamisasi ilmu pengetahuan serta publikasi masalah-masalah keislaman.
Sifat dan Ciri Keorganisasian
IKADI merupakan organisasi kemasyarakatan yang bersifat keislaman yang diwujudkan dalam bentuk ukhuwah dan silaturrahim dalam membina dan mengembangkan ta’aruf (saling mengenal), ta’awun (saling menolong) dan taushiat (saling berwasiat) di jalan kebenaran guna memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa serta mengangkat harkat dan martabat ummat manusia.
IKADI adalah organisasi berciri keterbukaan dalam penerimaan anggota, menampung aspirasi, partisipasi, prakarsa dan dinamika anggota.IKADI berciri kemandirian yang dicerminkan dalam sikap organisasi yang memiliki otonomi dalam pemikiran, pengambilan keputusan, penyelenggaraan kegiatan secara amal jamai terutama bertumpu pada kemampuan pemikiran, upaya dan sumber daya sendiri sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
IKADI berciri kekeluargaan yang diimplementasikan pada pengembangan wawasan kebangsaan dan kebersamaan untuk menumbuhkan sikap kekeluargaan dai serta berpartisipasi dalam pemersatu ummat, masyarakat, bangsa dan negara.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENGURUS PUSAT

Dewan Syura

Ketua: Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, MA

Wakil Ketua: K.H. Abdul Hasib, Lc

Anggota:

    Prof. Dr. H. Achmad Satori Isma’il
    Dr. H. Ahzami Sami’un Jazuli, MA
    Dr. H. M. Idris Abdul Shomad, MA
    H. M. Aniq Syahuri, Lc
    Dr. H. Abdul Jabbar Majid, MA
    Dr. H. Ahmad Hatta. MA
    H. Samson Rahman, MA
    Dr. H. Nurmahmudi Isma’il, M.Sc
    Drs. H. Ahmad Yani
    H. Mutammimul ‘Ula, SH
    H. Harjani Hefni, MA
    K.H. Tulus Musthofa, MA
    Drs. H. Sakhira Zandi, M.Si
    Dr. H. Khairan Ma’arif, MA
    H. M. Shaleh Drehem, Lc.

Pengurus

Ketua Umum: Prof. DR. H. Achmad Satori Isma’il

Sekretaris Jenderal: Dr. H. M. Idris Abd. Shomad, MA

Bendahara Umum: H. M. Aniq Syahuri, Lc

Ketua I Dep. Da’wah: H. A. Kusyairi Suhail, MA

Ketua II Dep. Pendidikan: Dr. H. Abdul Jabbar Majid, MA

Ketua III Dep. Riset & Kajian: H. Samson Rahman, MA

Ketua IV Dep. Humas & Keorganisasian: H. Suryanapadma Abdurrahman

Sekretariat:

Jln. Poltangan Raya No.82 Tanjung Barat Jakarta Selatan
Telp. (021) 7821911, 98285502     Fax. (021) 7821911

Email : pp_ikadi@yahoo.com

Homepage : www.ikadi.or.id

PROGRAM
PENERBITAN
Program penerbitan merupakan sarana publikasi bagi kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh Ikadi Jawa Timur. Dengan program ini, diharapkan masyarakat bisa menikmati dan merasakan manfaat dari kegiatan pengkajian yang dilakukan. Program ini meliputi penerbitan online, penerbitan offline (cetak), dan penerbitan media audiovisual.
Produk-produk penerbitan online antara lain website, online streaming, e-book, e-newsletter, dan e-digest. Produk-produk penerbitan offline (cetak) antara lain buletin dakwah, buku materi (textbook), buku saku, dan buku lepas. Adapun produk-produk penerbitan media audiovisual antara lain CD, VCD, dan DVD.
TA'LIM DAN TABLIGH
Program taklim adalah program layanan umat dalam bentuk kegiatan-kegiatan kajian Islam. Program taklim meliputi (1) taklim untuk perkantoran, (2) taklim untuk masyarakat umum, dan (3) taklim di media massa. Seluruh PD Ikadi se-Jawa Timur memiliki program taklim. Masyarakat yang ingin melangsungkan kegiatan taklim bisa menghubungi PD Ikadi setempat.
Adapun program tabligh adalah program layanan umat dalam bentuk kegiatan-kegiatan pengajian akbar. Salah satu produk unggulan program tabligh adalah Pengajian Ahad Pagi yang dilaksanakan secara rutin (rata-rata sebulan sekali) di sebagian besar PD Ikadi se-Jawa Timur.
KAJIAN ISLAM INTENSIF
Kajian Islam Intensif (KII) adalah kegiatan taklim khusus yang bersifat intensif, berjenjang, dan mengikuti kurikulum yang sudah ditetapkan. KII terdiri atas tiga jenjang: KII Tingkat Dasar, KII Tingkat Menengah, dan KII Tingkat Lanjut. Program ini sangat cocok diikuti oleh siapa saja yang ingin mendalami Islam secara lebih serius.

Cetak biru program ini sekarang masih dalam tahap penyempurnaan, yang dilakukan oleh PW Ikadi Jawa Timur. Dan setelah cetak birunya tuntas, insyaallah KII akan segera digulirkan di seluruh PD Ikadi se-Jawa Timur, sehingga masyarakat bisa menikmatinya.


Firqah Jabariyah

Kata 'jabariyah' berasal dari kata 'jabara' yang artinya 'memaksa'. Dan yang dimaksud Jabariyah adalah pendapat yang tumbuh dalam masyarat Islam yang melepaskan diri dari tanggung jawab, manusia disamakan dengan makhluk lain yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Manusia hanyalah makhluk yang hidup dan berbuat atas kehendak Allah. Maka manusia luput dari ikhtiar untuk melakukan apa yang diinginkannya.

Pemahaman aliran Jabariyah diterapkan di masa kesultanan Umayah (660-750 M), yakni di masa keadaan keamanan sudah pulih dengan tercapainya perjanjian antara Muawiyah dengan Hadan ibn 'Ali ibn Abi Thalib. Muawiyah mencari jalan untuk memperkuat kedudukannya. Ia melakulan politik secara licik. Ia memasukkan dalam pikiran rakyat jelata bahwa pengangkatannya sebagai kepala negara dan pemimpin umat adalah berdasarkan qadha dan qadar ketentuan keputusan Allah semata-mata dan tidak ada unsur manusia yang terlibat di dalamnya.
Aliran Jabariyah muncul pertama di Khurasan (Persia) pada saat munculnya aliran Qadariyah....

Bersambung...

Senin, 28 Agustus 2017

Firqah Mu'tazilah

Aliran Mu'tazilah lahir di Bashra (Iraq) pada abad 2 Hijriyah dengan pendirinya Washi' ibn Watha'. Basra adalah kota pusat ilmu pengetahuan dan peradaban, tempat petaduan aneka budaya dan pertemuan antar agama-agama.

Mu'tazilah adalah aliran yang membawa persoalan theologi yang lebih rasional dan bersifat filsafat, dari pada theologi yang dibawa aliran Syiah, Khawarij dan Murjiah. Mereka banyak menggunakan akal dan mendahulukan dalil naqli sehingga dijuluki kaum 'Rasionalis Islam'.

Awal mula lahirnya ini adalah ketika sang murid Washi' ibn Atha (700-750 M) memisahkan diri (ta'zil) dari gurunya Imam Hasan al Basri, (seorang ulama Basra) karena perbedaan pendapat, bahwa seorang muslim yang berbuat dosa besar statusnya bukanlah seorang mukmin, juga bukan orang kafir. Dan itu artinya dia orang fasiq. Sementara gurunya (Imam Hadan Basri) berpendapat bahwa orang Islam yang berdosa besar tetaplah seorang mukmin.

Aliran ini juga muncul sebagai reaksi atas pertentangan antara aliran Khawarij dan aliran Murjiah. Khawarij berpendapat bahwa orang mukmin yang berdosa besar telah keluar dari Islam atau disebut kafir. Sementara menurut Murjiah, ia tetap disebut mukmin. Oleh karena itu doktrin Mu'tazilah disebut 'Al manzilah baina al manzilahaini' (posis di antara dua posisi).

Ada lima ajaran pokok Mu'tazilah:
1. Dalam tauhid, sifat Allah adalah zatNya itu sendiri.
2. Al Quran adalah makhluk dalam arti Al Quran itu suatu ciptaan Allah, sebagai suatu ciptaan berarti ia adalah suatu yang baru, jadi Al Quran tidak bersifat qadim, jika Al Quran itu qadim berarti ada suatu yang qadim selain Allah. Berarti musyrik.
3. Allah di akhirat kelak tidak terlihat mata manusia.  Yang terjangkau manusia bukanlah Allah. Keadilan Allah akan memberi imbalan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Allah tak akan ingkar janji memberi pahala kepada muslim yang baik dan memberi siksa kepada muslim yang jahat.
4. Amar ma'ruf (tuntutan berbuat baik) dan Nahi munkar (mencegah perbuatan tercela).
5. Qadha dan Taqdir adalah manusia sendiri yang menciptakan. Manusia dihisab berdasarkan perbuatanya.

Pada awal perkembangannya aliran Mu'tazilah tidak mendapat tempat ummat Islam. Khusunya masyarakat awam, karena sulit memahami ajarannya yang filosofluas.

Aliran ini baru memperoleh dukungan luas, terutama kaum intelektual, pada masa kepemimpinan khalifah Al Makmun, penguasa kekhalifahan Abbasiyah (198-218 H/813-833 M). Kedudukan Mu'tazilah makin kokoh setelah Al Makmun menyayatakan Mu'tazilah sebagai aliran/firqah resmi negara. Al Makmun sendiri sedari kecil dididik dalam tradisi Yunani yang gemar ilmu pengetahuan dan filsafat. Pada masa kejayaannya, aliran Mu'tazilah memaksakan ajarannya kepada kelompok lain, yang dikenal dengan peristiwa 'Mihnah'. Sebagai khalifah Al Makmun juga memaksalan ajarannya kepada seluruh aparat pemerintahan dan juga tokoh masyarakat. Banyak aparat dan tokoh masyarakat yang tidak sepaham dengan ajaran Mu'tazilah mendapat hukuman dan disiksa. Di antaranya adalah Imam Hambali. Peristiwa ini sangat mengguncang umat Islam dalam beberapa dekade dan baru berakhir setelah khalifah Mutawakil berkuasa (232-247 H) menggantikan khalifah Al Washi.
Dominasi aliran Mu'tazilah mulai menurun dan masyarakat pun mulai kurang simpati. Akhirnya khalifah Al Mutawakil membatalkan aliran Mu'tazilah sebagai aliran resmi negara dan digantikan dengan aliran Asy'ariyah.

Meskipun sekarang aliran Mu'tazilah sudah tidak ada, namun pemikiran-pemikirannya sering digali para cendekiawan muslim dan non muslim.

Wallahu a'lam.

* dari berbagai sumber

Sabtu, 26 Agustus 2017

Firqah Murjiah

Aliran Murjiah peryama kali muncul di Damaskus, Suriah. Pada penghujung abad pertama Hijriyah, pada masa kekhalifahan Ali ibn Abi Thalib. Aliran Murjiah lahir pada mulaya sebagai reaksi politik oleh Al Hasan ibn Muhammad Al Hanafiyah, sekitar tahun 695. Al Hasan menunjukkan sikap politiknya dalam surat pendek yang menyatakan "Kita mengakui Abu Bakar dan Umar tetapi menangguhkan keputusan atas persoalan yang terjadi atas konflik sipil yang melibatkan Utsman, Ali dan Zubair. Ia menolak berdampingan dengan kelompok Syiah yang terlalu mengagungkan Ali dan memusuhi Muawiyah. Serta menjauhkan diri kelompok Khawarij yang menolak keberadaan kekhalifahan Muawiyah dengan alasan ia (Muawiyah adalah keturunan dari si pendosa Utsman) menurut Khawarij. Dalam poltiknya aliran Murjiah menangguhkan atau menunda penjelasan kedudukan pemimpin khalifah yang bersengketa antara Ali dan Muawiyah serta pasukan masing-masing sampai akhir kelak. Kelompok Murjiah juga menangguhkan kedudukan Ali dalam Khalifah Ar Rasyidin.

Bersambung

Kamis, 24 Agustus 2017

Shirathal Mustaqim

Shirathal Mustaqim

Kawan...
Semoga engkau akan menemukan jalan itu
Walau pun kau sendiri merasa asing di saat itu
Karena ini adalah kehendak
Karena ini adalah keputusan
Jangan engkau bingung
Itulah awal kelahiranmu, awal perjalananmu

Jangan pernah terbersit keinginan
Untuk menoleh ke belakang
Tataplah dengan lurus ke depan
Ia akan menunutunmu ke suatu tempat terindah
Yang belum pernah tersirat dalam pikiranmu, belum pernah terasa dalam hatimu

Jangan lagi dengarkan kicauan burung gereja
Yang terngiang di pendengaranmu
Yang akan membuat kau terlena
Yang akan membuat kau ragu

Burung-burung itu hendak merayu
Dengan suara kasihnya
Jangan kau melangkah nak
Itu hanya ilusi semu
Pengantar angan-angan putus asa
Itu hanya impian kosong
Penghibur diri bagi yang tak berdaya
Itu hanya fatamorgana
Kebohongan yang membuatmu terperdaya

Namun kicauan itu sakin nyaring
Ia adalah jalan kegelapan
Ia adalah jalan kepalsuan
Tak akan pernah kau temukan telaga kasih yang kau harapkan
Tak akan pernah kau temukan oase yang kau impikan
Di sana hanya alam yang tandus dan gersang
Kau hanya akan mendapati tetesan darah sepanjang jalan
Kau hanya akan menyaksikan tulang-tulang berserakan
Terkubur debu dan pasir gurun
Tak ada lagi kau dengarkan kicauan burung
Kecuali teriakan burung-burung bangkai yang menakutkan
Hanya suara-suara pujian Tuhan yang memekakakkan
Janji-janji sorga yang menjenuhkan dari negeri jauh
Negeri gurun dan padang pasir yang haus kematian

Kawan dengarkan aku
Jangan hiraukan nyanyian mereka
.....

Fragmen Kehidupan

Fragmen Kehidupan
Saat menjelang sore
Kulangkah kakiku tanpa jejak di jalanan peristiwa
Perjalanan yang selalu dipayungi awan hitam
Terbawa angin mendung ke arah ujung
Tetesan gerimis sang langit yang menangis
Melihat asaku yang teriris dan terkikis
Malam yang gelap
Dalam kesendirian hanya beratap langit pekat
Lamunanku mengembara jauh tak terarah
Terhempas dalam mimpi yang tak terkira
Kepada diri yang terpenjara
Kepada nasib yang sengsara

Karena...
Beban masa lalu yang tanpa hakekat
Namun membuatku semakin berat
Terlalu lelah dengan derita yang sarat
Kotoran-kotoran dosa yang semakin berkarat
Kucoba membuka mata dalam gelap malam
Kucoba menerawang jauh ke atas langit hitam
Kucoba mencari Dia dalam gugusan bintang
Kurasa betapa aku jauh dariNya
Kusadar betapa lama aku tak mengenalNya
Kucoba untuk berharap kehadiranNya
Masih bisakah aku menemukanNya
Biar ragu kuucapkan namaNya
Dengan malu kuucapkan asmaNya

Aku ingin mengenalkan diri
Kepada Rabbil 'Izati
Inilah pendosa yang tak tahu diri
Yang pernah Kau cipta untuk berbakti
Tapi selalu saja menyalahi
Tapi selalu saja menghindari
Tapi selalu saja berbangga diri
Dengan otak dan logikanya sendiri
Ya Ilahi, masihkah Engkau mengenali?
Ya Robbi, masihkah Engkau peduli?
Tuhan kenapa Engkau seperti diam?
Tuhan apakah Engkau marah, atau....

Tuhan kenapa Engkau seperti diam?
Tuhan apakah Engkau masih enggan?
Tuhan, berikanlah aku jawabanMu
Dan, jelaskanlah siapa diriku...

Jangan biarkan aku dihantui kebingungan
Jangan biarkan aku dicekam penantian

Iklan